Assalamualaikum...
Luar biasa materi td malem yg d sampaikan oleh Kiyai Jamas,meskipun sy mengikuti hanya stengah materi, dg sinyal yg lup lep, suara hilang timbul n tiba2 terlempar dr group. Tapi bg sy yg selama ini terdoktrin dg semua yg magic2/mistik hanya bisa d lakukan oleh org yg menjalani tirakat, lelaku sj, dan kita (sy sj mungkin😅) org awam hanya bisa tunduk, patuh dg apapun yg d doktrin kan, bahkan yg d klaimkan oleh mereka. Krn hanya mereka lah yg punya otoritas utk itu. Sperti ketika d gambarkan bahwa betapa saktinya bangsa Jin, atau d tampak kan kpd kita kesaktian2nya terutama dlm proses penyembuhan yg mreka lakukan.
Serta merta semua hal d atas terbantahkan dg penjelasan2 dr Kiyai Jamas.
Tapi terus terang doktrin2 d atas msh tertanam betul d fikiran bawah sadar (menjadi anchor) yg kemudian hal ini mem block ketika ada pencerahan sperti yg d sampaikan oleh Kiyai Jamas semalam, atau praktek yg langsung d lakukan oleh bu Vera.
Pertanyaan nya :
- bagaimana langkah kita utk membuka blokir doktrin d fikiran bawah sadar d atas?
- apa anchor yg tepat utk kita tanamkan d fikiran bawah sadar kita dg kasus sperti d atas?
Wa'alaikumsalam warahmatullah…
MasyaAllah, luar biasa refleksinya! Ini menunjukkan bahwa kesadaran dalam diri sudah mulai terbuka, dan itu langkah awal yang sangat penting. Doktrin atau keyakinan yang tertanam sejak lama memang bisa menjadi anchor (jangkar mental) yang membentuk pola pikir, persepsi, bahkan pengalaman spiritual seseorang. Nah, supaya bisa melepaskan blokir ini, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan:
1. Identifikasi & Akui Keyakinan Lama
Sadari dulu bahwa keyakinan lama itu bukan kebenaran mutlak, melainkan hanya belief system yang terbentuk dari pengalaman, ajaran, dan lingkungan. Seperti yang sudah disampaikan tadi, “hanya orang tertentu yang bisa mengakses dunia metafisik” itu adalah doktrin yang menghambat. Mulai ganti perspektif bahwa setiap manusia punya potensi spiritual yang sama.
2. Gunakan Teknik Reframing
Reframing adalah mengubah sudut pandang terhadap sesuatu. Misalnya:
❌ "Jin lebih sakti, hanya mereka yang bisa melakukan penyembuhan."
✅ "Jin hanyalah makhluk ciptaan Allah seperti manusia. Justru manusia yang Allah berikan kedudukan lebih tinggi dengan akal dan ruh Ilahi."
Gunakan afirmasi ini berulang-ulang, terutama saat kondisi relaks atau menjelang tidur, karena saat itu pikiran bawah sadar lebih mudah menerima sugesti baru.
3. Lepaskan Emosi yang Terikat pada Keyakinan Lama
Kadang, keyakinan lama bertahan karena ada emosi yang melekat di dalamnya—bisa berupa rasa takut, tunduk, atau keyakinan bahwa kita tidak mampu. Gunakan teknik berikut:
Menulis Jurnal Refleksi → Tuliskan pengalaman spiritual yang dulu membuat Anda percaya pada keyakinan lama. Lalu, tanyakan: Apakah ini benar-benar kebenaran, atau hanya persepsi saya saat itu?
Penyembuhan Energi (Hand Position QBS) → Sentuh titik-titik energi dengan niat melepaskan energi lama yang tertanam dalam bawah sadar. Fokuskan pada titik dada dan belakang kepala, karena ini berhubungan dengan keyakinan dan kesadaran.
4. Tanamkan Anchor Baru yang Lebih Memberdayakan
Sekarang, kita ganti jangkar mental yang lama dengan yang lebih sehat. Beberapa anchor yang bisa ditanamkan:
✅ "Saya memiliki kekuatan spiritual dari Allah, bukan dari makhluk lain."
✅ "Penyembuhan sejati datang dari keseimbangan energi, bukan dari ketergantungan pada entitas luar."
✅ "Saya berhak memahami dan mengakses pengetahuan spiritual dengan cara yang benar dan bertanggung jawab."
Gunakan afirmasi ini dengan feeling yang kuat, terutama saat bangun tidur dan sebelum tidur. Bisa juga ditanamkan dalam meditasi Inner Peace Awakening atau saat melakukan teknik self-healing.
5. Latihan Praktis: Membuktikan dengan Pengalaman Sendiri
Ketika tubuh dan pikiran mulai merasakan langsung manfaat dari metode seperti QBS, meditasi, atau healing energi, maka secara otomatis keyakinan lama akan melemah. Jadi, jangan hanya dipahami secara teori, tapi praktikkan dan alami sendiri transformasinya.
Dengan langkah-langkah ini, insyaAllah doktrin lama akan perlahan melemah, dan kesadaran baru yang lebih sehat akan menggantikan. Yang penting, lakukan dengan konsisten dan penuh keyakinan!
Kalau ada hal yang masih mengganjal atau perlu diperjelas, silakan ditanyakan lagi ya.
Alhamdulillah... tercerahkan setelah mendengarkan uraian semalam.yang tadinya ilmu itu kelihatan misteri dan hanya untuk orang tertentu... dengan dengarkan uraian semalam... semua jadi ilmiah... sungguh wawasan yg luar biasa...
Semoga ada rekaman ulangnya.untuk saya dengarkan ulang.terima kasih kyai...sangat bijaksana
Pertanyaan saya dengan orang indigo..?
Alhamdulillah… senang sekali kalau penjelasan semalam bisa membuka wawasan! Memang, banyak hal yang awalnya dianggap misteri itu sebenarnya bisa dijelaskan secara ilmiah dan rasional.
Sekarang, soal orang indigo, ini juga menarik. Banyak yang menganggap indigo itu sesuatu yang spesial atau misterius, padahal sebenarnya bisa dijelaskan dari sudut pandang psikologi, energi, dan spiritual.
Apa Itu Indigo?
Secara umum, indigo merujuk pada orang yang memiliki kepekaan lebih tinggi terhadap energi, intuisi, atau fenomena non-fisik. Mereka sering kali:
✔ Punya intuisi tajam (bisa membaca situasi atau orang lain tanpa alasan logis).
✔ Bisa melihat atau merasakan energi halus, makhluk tak kasat mata, atau kejadian sebelum terjadi (precognition).
✔ Sering merasa ‘berbeda’ atau sulit beradaptasi dengan lingkungan yang terlalu rasional.
✔ Peka terhadap emosi orang lain, seperti bisa langsung tahu kalau seseorang sedang sedih meskipun orang itu tidak menunjukkan tanda-tanda.
Indigo: Bakat atau Beban?
Banyak orang indigo yang justru merasa ‘terbebani’ karena kepekaan mereka. Jika tidak dilatih dengan baik, bisa membuat seseorang:
❌ Mudah stres karena terlalu banyak menangkap energi negatif.
❌ Sulit membedakan intuisi sejati dengan pikiran sendiri.
❌ Bisa tersesat dalam kepercayaan mistik yang justru membatasi pemahaman spiritualnya.
Karena itu, indigo sebaiknya mengembangkan kesadaran yang lebih luas, seperti:
Mindfulness dan self-awareness agar tidak mudah terpengaruh oleh energi luar.
Grounding energi supaya tidak mudah merasa ‘kelelahan’ karena menyerap energi dari lingkungan.
Memahami bahwa intuisi adalah alat, bukan sumber kebenaran mutlak.
Apakah Semua Orang Bisa Jadi Indigo?
Secara energi, setiap manusia punya potensi intuisi dan kepekaan. Yang membedakan adalah latihan dan keterbukaan pikiran. Dalam konsep Quantum Bioenergi Sattvika, misalnya, kita bisa mengembangkan kesadaran energi dan intuisi melalui teknik yang sistematis—tidak sekadar ‘bakat bawaan’, tapi bisa dipelajari.
Kalau ada yang mengatakan bahwa indigo itu ‘spesial’, sebenarnya tidak juga. Semua orang punya kapasitas untuk peka terhadap energi, hanya saja tingkatannya berbeda-beda.
[30/1 09.43] +62 815-6881-191: Tajalli: Ketika Yang Satu Menjadi Banyak, dan Banyak Kembali kepada Yang Satu
Di balik segala keberadaan, ada Sang Ada yang Absolut, melampaui bentuk, batas, dan pemahaman manusia. Dalam kesempurnaan-Nya yang tak terbatas, Ia memiliki kehendak untuk dikenal. Maka, terjadilah tajalli—penyingkapan diri Ilahi—sebuah peristiwa kosmik di mana yang tak berbentuk mengambil wujud, yang tak terjangkau menjadi nyata.
Seperti fajar yang pertama kali merekah di kegelapan abadi, dari kehampaan meletus cahaya penciptaan. Sebuah ledakan primordial yang dalam sains dikenal sebagai Big Bang, ketika keberadaan lahir dari ketiadaan. Dari satu titik tunggal yang maha padat, alam semesta terbentang luas, melahirkan galaksi, bintang, dan planet—mewujud dalam tatanan kosmik yang penuh harmoni. Inilah makrokosmos, hamparan permadani agung ciptaan-Nya, di mana setiap bintang adalah ayat, dan setiap nebula adalah goresan kalam-Nya.
Namun, penciptaan belumlah sempurna tanpa cermin yang dapat mengenal-Nya. Maka, dalam hamparan semesta, lahirlah manusia—mikrokosmos, cerminan dari sifat-sifat Ilahi. Kepadanya diberikan amanah sebagai Khalifah, penjaga keseimbangan dan harmoni di bumi, pengemban tugas untuk merawat ciptaan dengan cinta dan kebijaksanaan.
Tetapi manusia, sebagaimana bayangan yang tak lepas dari cahaya, juga memiliki sisi gelap. Dalam kesibukan dunia, ia mudah terjerembab dalam ghaflah—kelalaian yang membuatnya lupa akan asal dan tujuan. Dalam keterasingannya, manusia menciptakan kekacauan, menebarkan kehancuran, dan merusak harmoni yang telah terjaga sejak awal penciptaan. Seperti aliran sungai yang kehilangan muaranya, ia tersesat dalam arus keegoan dan kepentingan sesaat.
Namun, sebagaimana malam tak pernah abadi, kesadaran selalu menyeru untuk kembali. Dalam jiwanya yang terdalam, manusia dipanggil untuk menyelaraskan diri dengan kehendak Ilahi, untuk menegakkan keadilan, memancarkan kasih sayang, dan merawat kehidupan. Setiap perbuatan baik, setiap keikhlasan, setiap kasih yang diberikan, adalah seutas benang yang menenun kembali hubungan antara manusia dan Penciptanya.
Pada akhirnya, yang banyak kembali kepada Yang Satu. Tidak ada keterpisahan, tidak ada dualitas—hanya satu keberadaan yang memanifestasikan diri dalam kemajemukan. Seperti cahaya yang terpecah menjadi warna-warni dalam prisma, namun tetap berasal dari sumber yang sama, begitu pula seluruh ciptaan adalah pantulan dari Yang Maha Esa. Dan dalam kesadaran ini, manusia menemukan kembali jalannya—menuju kesempurnaan, menuju Yang Satu.
0 Komentar