[10/1 20.36] Kyai Jamas Jatisrono Wonogiri: Ketika menjadi terapi sangat banyak berbagai jenis konflik dr para suyet. Ada yg awalnya kesehatan fisik , mental, KDRT, masalah dg anak, tetangga , ortu, keluarga dan teman ...

Sedangkan si terapi kadang juga mempunyai permasalahan sendiri

Nah bgimn cara menyiasati nya dan bgimn trik agar si terapis bisa menjaga kesehatan fisik dan mental ketika menerima informasi dr berbagai kasus dr si suyet/ pasien

Matursuwun

[10/1 20.36] Register Satvika 100: Matursuwun, pertanyaan ini sangat penting untuk menjaga keseimbangan seorang terapis, apalagi ketika menghadapi banyak jenis konflik dari pasien. Berikut beberapa cara dan trik agar terapis tetap sehat secara fisik dan mental:

1. Bangun Batas Energi yang Sehat

Pisahkan peran pribadi dan profesional: Setelah sesi terapi selesai, bayangkan Anda "melepas jas terapis." Ini membantu otak memisahkan tanggung jawab dari kehidupan pribadi Anda.

Proteksi energi: Lakukan grounding sebelum dan sesudah terapi. Misalnya, duduk dengan tenang, tarik napas dalam-dalam, dan visualisasikan energi negatif larut ke dalam bumi.

Latihan pelepasan beban: Setelah sesi, tulis poin-poin penting dari kasus, lalu buat afirmasi seperti, “Saya hadir untuk membantu, tetapi saya tidak menyerap beban ini.”

2. Rawat Keseimbangan Fisik

Jaga tubuh tetap fit: Terapis memerlukan stamina untuk fokus. Luangkan waktu untuk olahraga ringan seperti yoga, jalan kaki, atau aktivitas fisik lain yang Anda sukai.

Konsumsi makanan bernutrisi: Hindari terlalu banyak kafein atau makanan berat sebelum sesi agar tetap fokus.

Istirahat yang cukup: Jangan paksakan jadwal terapi terlalu padat. Istirahat sangat penting untuk memulihkan energi.

3. Kelola Stres dengan Teknik Relaksasi

Meditasi harian: Luangkan 10-15 menit setiap hari untuk meditasi atau pernapasan dalam. Ini akan menenangkan pikiran Anda.

Healing self-practice: Terapkan teknik self-healing seperti Quantum Bioenergi Sattvika (QBS) atau mindfulness setelah sesi terapi untuk melepaskan sisa energi dari pasien.

Hobi dan waktu me-time: Nikmati aktivitas yang membuat Anda bahagia, seperti membaca, berkebun, atau menonton film.

4. Perkuat Kesehatan Mental

Supervisi atau diskusi profesional: Bergabunglah dengan komunitas atau grup sesama terapis untuk berbagi pengalaman dan mendapatkan masukan.

Jurnal pribadi: Tuliskan perasaan Anda setelah mendengar kasus berat. Ini membantu "mengeluarkan" emosi yang mungkin terpendam.

Psikoterapi untuk diri sendiri: Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan terapis lain jika Anda merasa terlalu terbebani.

5. Pahami dan Terima Keterbatasan

Anda bukan penyelamat, tetapi fasilitator. Fokuslah pada membantu pasien menemukan solusi, bukan menyelesaikan semuanya untuk mereka.

Prioritaskan kasus sesuai kemampuan Anda. Jika ada yang terlalu kompleks, rujuk ke profesional lain.

6. Latih Teknik Penyelarasan Energi

Terapkan tridaya sakti jiwa (niat, nafas, visualisasi) dalam keseharian untuk menjaga keseimbangan energi.

Setelah sesi, gunakan waktu sekitar 1-3 menit untuk fokus pada titik tubuh seperti perut bawah atau punggung, sambil menarik napas perlahan dan mengeluarkan beban.

Dengan menjaga keseimbangan diri, Anda tidak hanya dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada pasien, tetapi juga tetap sehat dan bahagia sebagai pribadi. "Ketika hati Anda damai, energi yang Anda bagikan juga membawa ketenangan."